Puisi: Sabda_AL "Sepatah Kata Hilang"

(070622-1159)

Beberapa hari aku mengelabuhi hati dan perasaan dengan cara sederhana. Hujan telah reda, langit begitu tenang dan hati masih saja rindu.

###

(080622-1458)

Sehabis hujan. Langit mulai gelap, putik bunga semakin tertidur. Pada kejauhan yang jenuh, sepotong hati menyendiri. Menepi sebab tidak lagi dapati kabar sang kasih. Mungkinkah kasih ingin pergi? Dan memilih menjadi perihal yang dikenang? Adakah tangis seusai itu? Aku benar-benar rindu. Apa yang sedang ia rencanakan? Tanah masih saja basah, adakah kehilangan yang tidak aku ketahui hari ini? Bukankah kejatuhan menjadi kebajikan? Aku begitu kenal pada senyumnya namun hari ini aku tidak dapati kehangatan sapa. Mungkinkah ia lelah? Ataukah lebih membenci diriku dan mengembalikan beberapa bibit cinta yang ia tanam semula, menjadi kesendirian-kesendirian yang disengaja? Aku masih menantikan dirinya...

###

Kepada hati yang sedang sakit, kemarilah. Jangan engkau manjakan hatimu pada kekesalan yang terlampau. Apa yang engkau dapatkan darinya? Jika dengan kesel engkau dapati kedamaian maka manjakan segera dan jangan berhenti. Jika kekesalan mu membunuh perlahan rasa yang begitu dalam, lawan saja kesalmu pada keinginan-keinginan pada cinta dan bermanja-manjalah dirimu pada kehangatan yang tidak dimiliki oleh orang lain kecuali dirimu. (160622-1252)

###

Malam ini riwayat-riwayat kehilangan bakal turun dari langit yang begitu gelap. Ketakutan-ketakutan menjadi ruh yang mengerikan. Segala hal semakin senyap. Keheningan membungkam rindu yang semula tumbuh. Bakal ada yang diabaikan hari ini. Kedua hati saling egois dengan rasanya. Bagaimana langit bercerita kebahagiaan-kebahagiaan orang lain jika dirinya pun kepenuhan pada hilang? Purnama bersemayam pada kubah alam yang megah namun kematian rindu-rindu telah mengancam dari jauh. Adakah hari ini kebahagiaan yang bakal aku bawa untuk aku ceritakan pada kesekian luka? Dan aku jadikan obat-obatan yang begitu ampuh? Namun akankah luka itu sendiri yang bakal bangkit dan membunuh perlahan senyum-senyum yang telah aku dapat dari dia? Kemudian menjadikannya makam yang keramat? Bagaimana telapak tangan itu yang mengacak-acak bagian kepalaku hingga lusuh? Namun ada keinginan besar dalam diri ini, menjatuhkan diriku pada pangkuannya yang asih? Bercerita tentang luka, namun ia menjadi penawar dalam diriku. Sembari melepas tangannya pada kepalaku lagi. Apakah aku mengkhayal terlalu tinggi mencapai kesakitan? Tidakkah ada keindahan yang aku dapati bersama dirinya? Kehilangan semakin dekat. Seakan-akan ia sedang memanggil diriku dan ingin merengkuhnya yang erat. Akankah langit yang begitu sederhana bakal diam saja? Mendengar cerita-cerita ku? Akankah gelombang samudera yang begitu tangguh, membual dan tak menghiraukan luka? Aku sedang ingin hilang dalam pelukannya yang hangat, seraya berkata: “Jika engkau hendak pergi, katakanlah bagaimana caraku menyembuhkan luka?”. (160622-2128)

Komentar

Postingan Populer