Puisi: Sabda_AL "Terampas Hilang"

Pada wajah purna yang menghilang. Pada bilik yang hampa. Dan raga yang mengarca di beberapa kesenyapan. Engkau yang tak terlihat diantara kemegahan kota, tahukah engkau bahwa aku hanya dapat meraba dirimu pada munajat di jauh malam? Aku tidak mengharapkan budi darimu. Aku hanya meminta satu dari sekian banyaknya pada Sang Maha. "Engkau yang memperkenalkan aku padanya, maka jadikan aku mencintainya secara bijaksana, sebagaimana rembulan yang selalu tiba tanpa diminta." Aku tidak ingin jatuh, pun dirinya. Beberapa prakata perihal hilang bakal menjadi beribu ancaman. Kapal tua siap membawaku menuju pulang kembali pada kotaku. Namun bagaimana mungkin jikalau jiwa-jiwa masih saja mengendap ditanah hatinya? Aku tidak ingin berduka sebab kehilangan-kehilangan. Hanya saja, apa yang menjadi musabab dinding itu runtuh karena aku masih belum siap untuk pulang dan mengembalikan diriku pada kehendak semula. Engkau pasti tahu, saban musim semesta selalu merubah dirinya, adakalanya penghujan tiba pada masa yang tak diminta, dikemudian mawar kian merekah menyambut fajar dan beberapa embun yang membias diantara rindu-rindu. Namun, kemarau bakal menjelma kengerian dan menerkam bulir rasa menjadi aroma cempaka. Aku takut, pun engkau yang khawatir. Pada rasa yang masih saja menjelma diantara dinding kamarmu dan wajah manja dibeberapa alas tidurmu. Aku tidak tahu. Hari ini kita semakin jauh. Dan aku kembali takut. Pada kehilangan yang tak menemukan penawar. Dan sakit yang bergentayang diatara budi akal. "Tuhan, kuatkan aku pada kehilangan yang terbesar". Hari ini aku benar-benar jatuh pada hatinya. Maka persaksikanlah cintaku padanya, bahwa aku yang bakal mencintai dirinya sepanjang masa.


#Jbr, 240220_2349

Komentar

Postingan Populer