Puisi: Sabda_AL "Tangisan Rindu Gazel 5"

Di bawah cahaya langit yang kidzib, beberapa kebohongan manusia disampaikan. Beberapa bagian darinya adalah kebenaran-kebenaran. Apakah rindu adalah kebohongan terbesar manusia? Apakah kebohongan bakal menjadi sebuah kebenaran? Mangkinkah kebenaran itu sendiri yang sedang berbohong? Perihal rindu adalah kebenaran. Sedangkan keangkuhannya menyeka temu adalah kebohongan terbesar. Aku ingin melepas beberapa kebohongan menjadi kebenaran yang haqiqi. Rindu yakni musabab dari perihal temu yang tidak terucap. Bagaimana seorang seperti diriku mampu menyelami beberapa waktu untuk menyepi dalam gua yang begitu sunyi. Batu-batu mengejawantahkan beberapa keindahan dirinya. Dan beberapa sepoi angin serupa sapa yang tidak terbaca. Pada wajah yang Shiddiq, kebenaran cahaya mentari menyapa, menerpa wajah tuan yang kehilangan. Tidak ada kehilangan dalam dirinya. Selain sunyi yang mengendap perlahan menusuk beberapa bagian tubuh. Aku telah tenggelam...

**

Pada sebagian purnama yang mulai berkurang, seorang gadis dengan wajah ayu memanggil. Bibir yang memerah serupa mawar yang terjatuh di bawah cahaya rembulan. Dan tangkainya adalah ketakutan yang tidak dapat aku miliki. Kelopak matanya menyimpan beberapa duka, dan hatinya begitu luhur. Ada tangis yang ia tahan pada malam ini. Kehilangan-kehilangan yang suci dari cintanya. Pada semalam yang dilewati, beberapa air mata terjatuh. Langit-langit begitu gelap. Tak ditemukan kelopak bintang yang binar. Tidak ditemukan pula pengharapan-pengharapan. Ada kehidupan yang perlu dilewati. Beberapa kebahagiaan disimpan. Dan ada ketakutan yang tidak biasa. Semalam air mata langit terjatuh dari ketinggian...

**

Pada malam ganjil berikutnya, seorang lelaki mengembalikan pengharapan yang muhal. Hatinya dirundung duka dan beberapa bagian dari jiwanya telah luka. Ia tidak kuasa, menahan jatuh yang begitu sakit bukanlah keinginan-keinginan. Ada sebuah ketiadaan rela dalam hatinya yang berjuang tangguh. Bagaimana mungkin seorang yang sedang lapar memberikan keseluruhan rotinya untuk orang lain? Bagaimana kekasih hatinya ia relakan? Pada sekian harap yang tidak semestinya diangkat. Dan permintaan-permintaan pada ketenangan di bawah wajah ayunya. Ia bersalah, membiarkan kekasihnya jatuh pada kedamaian orang lain. Namun ia begitu sadar pada pengharapan yang memaksa dan begitu kejam. Malam ini, tiada kesakitan selain hal itu. Namun, tiada lain bahwa ia adalah ganjar... (05.28)

**

Aku mencium aroma kesakitan hari ini. Pengharapan yang tidak terpenuhi bakal menjadi bekal dalam perjalanan ku. Malam ini, paling tidak pada setiap harap yang hirap, aku masih utuh dan kembali menjadi diriku semula. Meski aku tidak pernah bisa memilikinya, aku masih saja dapat bersyukur pernah mencintainya. Dan ia pernah menjadi butir harapan-harapan yang pernah aku minta tersemogakan. Adakah penawar hari ini? Yang mampu menyeka beberapa pengharapan yang gagal. Langit gelap semakin menjadi. Beberapa ihwal rindu menjadi ancaman-ancaman yang tidak pernah terpikirkan. Adakah yang bakal hilang, kembali menemui dirinya yang telah mengendap menjadi daging dalam diriku? Ada kesakitan yang ditahan. Keheningan sejenak menjadi saksi pada kesakitan. Dan dalam diri ini, ada pengharapan yang sejenak diistirahatkan. Apakah perlu aku melepas tangis? Meminta ia dikembalikan pada diriku semula? Dan apakah aku telah melampaui batas pada takdir-takdir yang telah ditentukan? Apakah aku bakal menjadi manusia jahanam jikalau aku meminta sebagian kedamaian ku dikembalikan? Namun apakah aku salah jika aku sebagai hamba yang tidak memiliki kekuasaan meminta pada yang Kuasa untuk mengembalikannya kepadaku? Sejenak semesta meniadakan diri pada keramaian. Degub jantung itu terdengar dari telinga-telinga alam, dan hatinya yang sedang sakit tidak ada yang merasakannya kecuali dirinya. Kehilangan semakin mendekat. Senyap, disekelilingnya, hanya tampak kematian-kematian yang semakin menyapa. Ia tidak dapat menangis kembali, sebab beberapa kesakitan yang terlampau. Apakah dia telah utuh? Ataukah telah tidak ada sisa air mata yang dia simpan? Malam ini persaksikan Tuhan bakal turun ditempat-tempat sunyi. Kehilangan abadi bakal aku dapati kembali. Aku tidak menemukan diriku pada keindahan yang asih. Tidak mendapati rindu itu terbalas baik. Aku tenggelam dan aku tidak dapat bernafas. Ada luka dari jatuh yang tidak disengaja. Apakah aku tenggelam pada dasar hatinya yang begitu lembut? Ataukah aku jatuh kemudian luka, selepas mencintainya?... Adakah yang tidak ada dan dapat aku ada-kan keberadaannya? Aku telah tenggelam pada cintanya... Maafkan aku... (05.51/310522)

#D'Jbr

Komentar

Postingan Populer