Puisi: Sabda_AL "Tangisan Rindu Gazel 4"

Memandang langit masih gelap. Beberapa mendung masih saja bermanja-manja bersama alam. Aku tidak dapat melihatnya saat ini, terkecuali hanya seberkas resah tiada batas. Beberapa cahaya masih bersembunyi, pada kejenuhan yang jauh. Tidak ada yang mendapati rinduku yang sedang membatu, mengarca tanpa sapa. Ada kehidupan yang tidak aku temui kehidupannya kecuali kematian dari kota-kota yang asing. Dan saban ranting yang terjatuh terpenuhi pada pengharapan. Pada hari yang genap, beberapa rindu masih enggan menyelinap dan membawaku melepas keterdiaman yang larut. Alam sedang beristirahat kali ini. Mungkin mereka lelah mendengar beberapa ihwal kesedihan-kesedihan. Saban riwayat mengejawantah pada kejadian yang tidak diinginkan. Apakah aku perlu pergi? Mencari tempat-tempat yang hirap dari kehidupan? Dan jiwa hanya menjadi bangunan-bangunan kumuh tanpa penghuni. Atau aku perlu pergi mencari beberapa kota untuk aku mengistirahatkan sejenak penat? Mengharap beberapa mimpi hadir dan menjadi nyata? Namun apakah aku bakal tenang dalam peristirahatan itu? Tanah-tanahnya tidak pernah resah pada rasanya yang diabaikan. Namun diriku? Akankah tempat-tempat yang aku singgah bakal menerima dan mewakili beberapa pengharapan yang menumpuk? Dan sakit-sakit yang tidak menemukan penawar?...

Di langit yang begitu gelap. Beberapa pengharapan terjatuh, dan beberapa hati sebagiannya ingin pergi. Pada sebenang pertemuan yang tidak disengaja. Tahulah dirimu bahwa beberapa hal menjadi perantara untuk saling mengisi beberapa kekosongan. Kebiasaan bakal menjadi budaya pada daging-daging segar di dalam diri ini. Dan pengharapan bakal menjadi candu yang selalu ia pinta. Keadaan semakin asyik, rembulan begitu ceria, dan daun-daun saling menari. Namun ketakutan-ketakutan bakal datang tanpa banyak alasan. Hantu-hantu dalam jiwa bakal keluar dan bergentayangan dalam kesakitan. Apa yang diperlukan oleh manusia-manusia yang telah terjatuh? Terkadang perlu membuka akal pada kejatuhan yang terlampau. Agar kejatuhan yang pedih tidak lagi terulang. Namun, terkadang hati bertolak belakang pada bagian-bagian yang begitu sederhana. Hanya sekecup sapa dan selembut senyum, benteng-benteng bakal runtuh. Kemegahan dan kebebasan hati bakal menjadi taman yang begitu sempit dan hanya cukup untuk dimasuki oleh seorang pencuri. Di beberapa tempat, sebidang hati yang semula begitu manja, hendak pergi dari tempat ia terdiam. Bibir-bibirnya begitu biru tanpa kata, dan hatinya luruh serupa jatuh pada kesakitan. Bagaimana kejatuhan menjadi makna yang begitu luas? Tanpa penafsiran, kejatuhan bakal menjadi beberapa bagian yang begitu indah disisi lain ia adalah permulaan sakit. Pengertian-pengertian membatasi diriku untuk bertindak. Aku tidak memiliki kehidupan selain waktu yang masih aku manfaatkan. Bakal ada kesakitan setiap keindahan, namun bakal ada keindahan setiap kesakitan. Tuhan, perkenankan aku untuk jatuh...

Langit sedang tidak asyik hari ini, beberapa cahaya purnama masih bersembunyi. Dan desir angin masih melambai-lambai memeluk dedaunan. Adakah kehangatan dalam sepoi angin yang kencang? Beberapa hati ingin dimanja serupa kasih. Namun pada batas kesadarannya, mereka saling jatuh pada beberapa tawa. Ada ihwal pada kedamaian-kedamaian diantara sapa. Namun, akal menjadi pengekang bahwa aku bakal pergi. Apa yang hendak hati dan akal rencanakan pada pertemuan yang tidak direncanakan? Semoga tersemogakan...

#D’Jbr_270522_2201


Komentar

Postingan Populer