Puisi: Sajak Tuhan_Sabda "Si Tuan Dermawan"
Sayang...
Kemari dan menarilah bersamaku malam ini.
Pada kecemburuan rembulan yang semakin bersembunyi.
Dan dimanakah gemilang bintang jika bukan sebab kemesrahan kita mereka menghilang?
Setelah sekian musim, hilang menjarah ketenangan yang tenar.
Aku tidak tahu lagi. Berapa banyak hembusan nafas aku buang pada sebuah ketiadaan?
Dan seduhan secangkir kopi yang semakin lama semakin larut dari kehangatannya.
Pun sajak-sajak tanpa seorang Tuan bijak. Tak satu pun dari mereka aku sebut sebagai temu dalam keutuhan.
Namun pada waktu yang tak penah aku rencanakan. Engkau tiba sebagai seorang dermawan.
Menidurkan kegelisahan yang lama terjaga. Tanpa sadar, aku telah terbuai.
Sikapmu menjadi ancaman bagi para pemuja. Namun menjadi ganjar atas seluruh pujian ku di sepertiga malam.
Aku tidaklah tahu. Apakah aku masihlah sama seperti dulu?
Sebab yang aku tahu saat ini adalah hari meraya bagiku seorang yang tak pernah tahu bahwa aku masih dapat menikmati kehangatan sederhana. Dan ia yakni milik mu, diriku.
Maka kemarilah engkau sayang.
Aku hendak berdamai. Dengan kedermawanan yang hilang semasa silam.
(Jbr_050321_2126)
Komentar
Posting Komentar